|
Web | Results 1 - 10 for Blog : Porlak Eden Toengzzz [Who Links ?]. |
DIGG NEWS !!
|
Cover Perdana Playboy Indonesia
January 27, 2006
|
: "aloi, Ompung Mulajadi Nabolon"
In Memoriam : Ndaru Pratikno JB'98
January 05, 2006
Lurs, Seusai pendaratan (maksudnya perjalanan lewat darat)di Jogja tadi pagi, seusai mencairkan sumbangan untuk Ndaru, termasuk dari Pundi Tulus, segera saya meluncur ke Ponosaran Lor. Pukul 11 saya tiba di rumah duka,dihamburi Bapak dan Ibu Supratikno, kedua orang tua Ndaru, dan Citra, adik Ndaru. Mereka tampak tabah. Juga Herning, yang didampingi ibunya. Seusai bersalaman, saya masuk ke ruang tamu tempat jenazah Ndaru disemayamkan. Terbujur kaku menghadap utara, setelan jas hitam yang sangat rapi tak dapat menyembunyikan keadaan tubuhnya yang sangat kurus. Telapak kakinya yang terbungkus kaos kaki putih tampak lunglai, sama sekali tiada daya. Dasi kupu-kupu yang dikenakan menjadikan Ndaru seolah tidur dengan tegak dan gagah. Kumis dan jenggotnya sudah tercukur rapi. Putih wajahnya terbalut bedak. Seuntai rosario terlilit di jari-jari tangannya. Di samping kanan tubuhnya, tertaruh sepasang stick drum, dihiasi bunga anggrek ungu. Selama ini Ndaru memang hobi menabung drum, selain menggeber motor. Maka, meski sakitnya telah sayup-sayup terkabarkan sejak 10 bulan lalu, kematiannya tetap saja menghentak. Pelayat yang datang banyak, baik warga sekitar maupun sanak saudara dan sahabat-sahabat. Parkir motor memenuhi sepanjang 200 jalan menuju rumahnya yang dirubung rimbunnya pohon salak. Deretan mobil terpaksa berjajar di luar sana, di jalan raya. Tampak di antara pelayat itu kadang manuk dari berbagai angkatan. Satu karangan bunga tanda duka dari alumni terpajang di depan rumah. Satu lagi karangan bunga dari angkatan 98 tersandar di pagar masuk ke rumah. Tenda sepanjang 50 meter yang terpasang di depan rumah dipenuhi para takziah. Tepat pukul 11.30, misa requiem dimulai, dipimpin Romo Suyatno, Pr, kepala paroki Somohitan. Tampaknya romo ini cukup mengenal Ndaru dan keluarganya, yang tampak justru dari minimnya kata-kata yang terlontar dalam homilinya. Beberapa juru foto mengabadikan peristiwa sekali seumur hidup ini. Mungkin mereka teman Ndaru. Ada lagi yang merekam menggunakan handycam, pria gondrong dengan anting di kedua kupingnya. Pukul 13.00 misa selesai. Setelah pelayat diberi kesempatan bertatap muka dengan layon Ndaru, peti berukir itu ditutup. Peti dipindahkan ke teras rumah, sembari upacara pemberangkatan jenazah dilangsungkan. Hanya ada dua sambutan, dari keluarga dan wakil pelayat. Setelah acara susupan di bawah peti, jenazah pun diberangkatkan ke pemakaman yang berjarak hanya 200 meter dari rumahnya. Ratusan pelayat setia mengantarkan Ndaru ke peristirahatan terakhir. Herning, pacar Ndaru, sembari sesekali menyeka airmatanya, dengan tegar berdiri di depan peti membopong foto kekasihnya. Dibekapnya foto itu erat-erat. Bukan karena tidak mau berpisah. Tapi mungkin karena perpisahan ini sangat memilukan. Betapa tidak. Untuk ketiga kali dalam hidupnya beberapa tahun belakangan ia kehilangan laki-laki tercintanya. Setelah bapaknya, disusul kakaknya, kini calon pendamping hidupnya. Bagi yang mengikuti jalan hidupnya, ini kisah yang tragis. Sulit memahami bahwa Herning setegar itu. Betapa tidak, sampai di pemakaman, ia masih sempat mengingatkan saudaranya untuk menaruh "gagar mayang" yang dibawanya ke ujung jalan. Betapa dahsyat. Gagar mayang adalah simbol seorang yang meninggal masih lajang. Pukul 14.00 peti jenazah sudah dimasukkan ke liang lahat, di pojok timur laut. Ndaru mendapat tempat baru yang agak lapang. Dari struktur tanahnya yang gempur, tampaknya lokasi itu merupakan pelebaran dari kompleks lama yang telah penuh sesak. Ndaru kembali ke tanah. Secara khusus, seusai pemakaman, didampingi beberapa manuk yang tersisa, saya menghaturkan bela sungkawa dari kadang manuk semua, sembari mengulungkan tanda duka cita. Kali ini kedua orangtua Ndaru kelingan kata-kata. Mereka yang sebelumnya tampak tegar, mulai menangis. Sesenggukan mereka mengucapkan terima kasih kepada semua alumni Britto. Mereka mengaku tidak menyangka kalau akan mendapat dukungan sebesar itu. Saya yang biasanya gampang terharu, sepanjang hari ini mencoba mengendalikan emosi. Bukan apa-apa. Mereka memberi teladan, bahwa kematian harus dihadapi dengan ketegaran. Mereka tampak pasrah dan menerima duka ini. Kalau pun mereka sampai menangis, sepanjang pengamatan saya, itu terjadi ketika saudara atau kerabat mereka datang. Tangisan itu adalah keharuan atas besarnya kasih yang mereka terima. Saya bersyukur, Senin sore lalu, sebelum kembali ke Jakarta, sempat ketemu Ndaru. Ia sedang sesak napas waktu itu. Seluruh dada, leher, dan wajahnya berkeringat. Ia tak berkata sedikit pun, karena tampaknya ia berkonsentrasi untuk terus mendapatkan aliran udara untuk paru-parunya yang banjir cairan. Saya tidak terlalu sedih, karena Sabtu lalu, ketika ia sedang "bugar", kami sempat tertawa ringan sebentar mengomentari kenaikan harga BBM. Ya, tertawa ringan saja, sebab semuanya itu getir. Kini Ndaru telah kembali ke kekasih sejatinya. Saya pribadi sangat terharu merasakan kepedulian kadang manuk semua yang tiada henti, dengan caranya masing-masing, ikut mengupayakan kesembuhan Ndaru. Semoga semangat seperti ini lestari dalam berbagai situasi. Saya belajar banyak dari Sampeyan semua. kala mengepal, AA Kunto A [JB'96] Info Via Damar JB'98 ( Permalink: [debritto] Pemakaman Sang Penabuh Drum ) Dari hati yang terdalam... rasa sedih bukan tuk sesali.. pun bukan ratapi.. Update : Berita dari Turi: Jumat, 13 Januari 2006 jam 17.30 Misa 100 hari meninggalnya Ndaru Pratikno (JB '98 & PBI USD '98) Bertempat di Ponosaran Lor, Turi, Sleman. |
| |
Porlak Eden Toengzzz 2005